Email

Front Office

Fax


Detail posting

SCREEN TIME DAN GANGGUAN BAHASA PADA ANAK

Rabu, 7 Juni 2023 0:00 Wita Humas 0 463
Share :

SCREEN TIME DAN GANGGUAN BAHASA PADA ANAK

Apa yang Harus Dilakukan?

Oleh: dr. Lili Dwiyani, Sp.KFR

 

Bahasa merupakan salah satu domain perkembangan anak, di samping keterampilan motorik kasar, motorik halus, serta keterampilan sosial dan emosional. Bahasa berperan memperantarai interaksi antarindividu, yang pada anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan terdekat mereka, seperti orang tua, saudara kandung, dan teman sebaya.

Seiring perkembangan teknologi yang pesat dalam beberapa dekade terakhir, terjadi “revolusi digital” ditandai munculnya berbagai perangkat elektronik yang mengubah cara individu berkomunikasi, memperoleh edukasi, ataupun menghibur diri, demikian pula bagi anak. Anak dan bayi pada era digital terpapar lebih banyak perangkat elektronik dibanding dekade terdahulu. Akibatnya, waktu bermain dan belajar melalui lingkungan secara langsung cenderung berkurang.

Situasi pandemi COVID-19 juga menjadi alasan orang tua mengenalkan media digital lebih dini kepada anak. Kebutuhan akan gadget (handphone dan laptop) dalam menunjang proses pembelajaran pun meningkat, termasuk bagi anak pra sekolah yang merupakan periode emas perkembangan bahasa. Hasil survei KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di era pandemi menemukan 71,3% anak telah memiliki gadget sendiri, 17,1% masih berada di bawah kepemilikan orang tua, dan 11,6% menunjukkan kepemilikan bersama antara orang tua dan anak. Rentang waktu yang dihabiskan anak di depan layar media digital atau screen time pada akhirnya menjadi suatu rutinitas anak, yang lebih lanjut ternyata berdampak pada proses pembelajaran bahasa.

Perkembangan bahasa pada anak

Bahasa dan bicara adalah bagian dari komunikasi yang menjadi kebutuhan mendasar setiap individu. Perkembangan bahasa telah dimulai sejak bayi lahir dan berlanjut seiring berkembangnya otak sebagai pusat bahasa. Pada anak, perkembangan otak mencapai 80% dari otak dewasa pada dua hingga tiga tahun kehidupannya, yang dikenal sebagai “periode emas”. Berikut adalah tahapan perkembangan bahasa yang harus dilalui anak sebelum dapat berbicara dengan lancar:

  • Tahap Prelinguistik (bayi sampai anak berusia 1 tahun)

Tahapan ini menjadi modal dasar bagi tahap selanjutnya, yang mana bayi mulai mengembangkan dan mengintegrasikan kemampuan mendengar, melihat, gerakan, serta kemampuan dari otot-otot mulut (oromotor) hingga akhirnya menghasilkan suara. Di satu bulan awal kehidupannya, bayi tampak siaga terhadap suara dari lingkungan sekitarnya. Bayi mampu melakukan kontak mata dengan orang tua setelah melewati usia satu bulan dan mulai bergumam (cooing) pada usia tiga bulan. Memasuki usia 6-10 bulan, bayi mulai memproduksi suara tanpa arti (babbling), seperti “baba” atau “dada”, menoleh saat dipanggil namanya, berhenti sesaat ketika dilarang, dan menggeleng saat tidak mau.

  • Tahap Ucapan 1 Kata (anak usia 12-18 bulan)

Umumnya ucapan pertama anak yang spesifik berhasil dicapai pada usia 11-18 bulan misalnya “mama”. Anak juga mulai mengucapkan kata sederhana untuk menyatakan keinginannya. Memasuki usia 18 bulan, anak sudah memiliki 4-20 kosakata, mampu mengikuti perintah sederhana, dan menunjuk 1-2 anggota tubuh

  • Tahap Ucapan 2 kata (anak usia18-24 bulan)

Ketika kosakata anak mencapai 50 kata, maka mereka mulai mengucapkan kombinasi dua kata untuk menyampakan makna yang variatif. Pada akhir tahapan ini, anak mampu mengucapkan 200 kata, termasuk menyebut anggota tubuhnya.

  • Tahap Kalimat Sederhana (anak usia 24-36 bulan)

Anak mulai membentuk kalimat yang terdiri dari 3 kata, meskipun belum sepenuhnya tepat secara tata bahasa. Kosakata anak juga bertambah secara cepat dan 75% di antaranya dapat diucapkan dengan jelas. Anak semakin banyak berinteraksi dengan orang tua.

  • Tahap Perkembangan Gramatikal (anak usia 36-55 bulan)

Anak mulai memahami aturan tata bahasa sederhana (membedakan subjek, kata kerja, dan objek). Kosakata anak bertambah hingga setidaknya 1000 kata (usia 3-4 tahun), mampu menceritakan dongeng, sudah mampu memahami konsep sebab-akibat sederhana (misalnya: saat lapar harus makan), serta mampu mengikuti instruksi bertingkat (contohnya: adik ke meja, ambil gelas warna biru, lalu minum ya!)

  • Tahap Perkembangan Bahasa Lanjut (anak usia > 55 bulan)

Pada tahap ini anak memahami lebih banyak lagi kosakata, secara efektif menggunakan bahsa untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.

Gangguan pada masa perkembangan bahasa anak umumnya melibatkan banyak faktor, antara lain faktor intelektual, seperti tingkat intelegensi rendah dan memori yang pendek; (2) faktor organik dan fisiologis seperti gangguan neuromotor, gangguan pendengaran, keterlambatan kematangan neurologis, dan berbagai penyakit; (3) faktor psikologis seperti stimulasi dan motivasi yang tidak adekuat; dan (4) pengaruh lingkungan, khususnya interaksi dengan orang tua.

Pengaruh screen time pada anak

Menurut WHO, screen time yang berlebihan didefinisikan sebagai penggunaan perangkat media digital pada usia yang sangat muda dengan frekuensi dan/ atau durasi yang lebih dari rekomendasi. Lebih lanjut dijelaskan kondisi ini meliputi anak usia 0-1 tahun yang terpapar media digital atau anak usia 2-5 tahun yang terpapar lebih dari 1 jam sehari. Adapun dampak screen time terhadap domain tumbuh-kembang anak meliputi keterlambatan berbahasa, peningkatan risiko obesitas, kekerasan dan agresifitas, hilangnya kemampuan sosial, gangguan atensi (kemampuan memusatkan perhatian), ansietas dan depresi, gangguan tidur, gangguan tajam penglihatan, serta dapat menyetuskan nyeri kepala migrain

Gangguan bahasa terkait screen time pada anak

Gangguan bahasa dapat berupa gangguan bahasa reseptif, ekpresif, ataupun campuran. Gangguan bahasa reseptif didefinisikan sebagai kurangnya kemampuan anak dalam pemahaman bahasa dibanding usia perkembangannya, sebagai contoh sulit mengikuti pembicaraan yang sedang berlangsung, tidak mampu berkonsentrasi selama belajar atau mendengarkan cerita. Sedangkan gangguan bahasa ekspresif adalah kesulitan dalam mengekspresikan perasaan atau keinginan dalam bentuk kata, dapat disertai juga dengan gangguan artikulasi. Gangguan bahasa campuran meliputi kedua definisi gangguan bahasa yang telah disebutkan sebelumnya.

Perkembangan bahasa melibatkan pengalaman dan interaksi dengan orang dewasa di sekitarnya. Anak, khususnya bayi, paling baik belajar melalui sesi tatap muka langsung dibanding menonton layar televisi atau gadget, yang mana umpan balik dari orang tua merupakan prediktor kemampuan bayi berbahasa. Berbagai studi menunjukkan hubungan screen time (menonton televisi, video, handphone) terhadap keterlambatan perkembangan bahasa ekspresif pada anak 8-16 bulan. Studi juga menunjukkan pada anak usia 2-48 bulan yang orang tuanya menonton televisi terjadi penurunan jumlah kata dari orang tua ke anak yang berakibat keterlambatan bicara anak. Dengan demikian, screen time berlebihan pada awalnya akan mengganggu perkembangan bahasa ekspresif anak, yang dalam jangka panjang juga mempengaruhi kemampuan bahasa reseptif, serta berpotensi menimbulkan gangguan sosial-emosional ketika mereka dewasa.

Penanganan gangguan bahasa terkait screen time

Mengingat bahwa penyebab utama dari gangguan bahasa adalah paparan media digital yang berlebihan, maka pada tahap awal orang tua yang memiliki anak dengan tanda bahaya (redflags, terlampir pada Tabel 1) dihimbau mengurangi/ menghentikan semua aktivitas anak di depan layar (TV, handphone, tablet, laptop) dan memperbanyak stimulasi dengan berkomunikasi secara tatap muka dengan anak. Adapun rekomendasi screen time dari The American Academy of Pediatrics (AAP) adalah:

  • Usia <24 bulan. Screen time sangat dibatasi dan hanya ketika ada orang tua/ pelaku rawat yang mendampingi untuk bicara dan mengajarkan. Sebagai contoh panggilan video (video-call) dengan anggota keluarga ditemani oleh orang tua
  • Usia 2-5 tahun. Batasi screen time hanya 1 jam sehari. Pilihlah program/ video/ aplikasi yang interaktif, tidak mengandung unsur kekerasan, bersifat edukasi, dan pro-sosial. Selain itu, orang tua harus selalu mendampingi anak

Tabel 1. Tanda bahaya (redflags) perkembangan bahasa anak

 

Usia anak

Tanda bahaya

 

 

 

 

1 bulan

bayi tidak merespon terhadap suara keras

 

 

 

 

2 bulan

tidak bangun saat diberikan rangsangan suara

 

 

 

 

 

4 bulan

tidak ada gumaman (cooing) atau suara berkumur (gurgling)

 

 

 

 

6 bulan

tidak menoleh terhadap sumber suara

 

 

 

 

9 bulan

kurangnya suara ocehan (babbling)

 

 

 

 

12 bulan

tidak merespon saat namanya dipanggil, tidak mengerti larangan

 

 

 

 

15 bulan

tidak dapat mengucapkan 1 kata pun (seperti mama, papa/ dada)

 

 

 

 

18 bulan

kosakata kurang dari 6 kata

 

 

 

 

24 bulan

kosakata kurang dan belum  dapat  mengucapkan kalimata yang terdiri  dari  1 kata

 

 

bermakna, tidak mampu mengikuti instruksi sederhana

 

 

 

 

36 bulan

tidak dapat mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 kata

 

 

 

 

4 tahun

bicara tidak jelas, tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana

 

 

 

 

5 tahun

tidak dapat mengidentifikasi bentuk, huruf, warna

 

 

 

 

6-12 tahun

tidak dapat menceritakan atau merangkum cerita dari bagian awal, tengah, dan akhir

 

 

 

Apabila setelah penghentian screen time keluhan anak tidak juga membaik, maka ada baiknya orang tua memeriksakan anak ke Dokter Spesialis Anak (Sp.A) dan/ atau Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR) di RSUD Kota Mataram untuk pemeriksaan lebih lanjut, terutama bila gangguan bahasa disertai gangguan perkembangan lain, baik dalam aspek keterampilan motorik kasar, motorik halus/ kemampuan belajar, serta kemandirian dan sosial. Dokter akan melakukan pemeriksaan secara komprehensif dan multidisiplin guna memastikan domain tumbuh-kembang yang terganggu dan menentukan penyebabnya. Selanjutnya, anak akan menjalani sesi terapi, meliputi terapi wicara dan/ atau terapi okupasi, tergantung dari hasil pemeriksaan Dokter. Di RSUD Kota Mataram, kedua layanan ini telah tersedia dengan lengkap dan telah didukung dengan fasilitas berupa ruang terapi wicara anak, ruang sensory integrasi, serta ruang snoezelen.



Ditulis oleh Humas RSUD Kota Mataram

Berikan Komentar


Kategori

  • Layanan Keunggulan 150
  • Reservasi 131
  • Fasilitas 78
  • Pelayanan 56
  • Informasi 98

SIMRS RSUD Kota Mataram

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nonor 82 Tahun 2013 dijelaskan bahwa Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS atau Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Aplikasi penyelenggaraan SIMRS yang dibuat oleh Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.



Saran

Whatsapp

Location

Alamat

Jl. Bung Karno No. 3 Pagutan Raya, Mataram, Nusa Tenggara Barat

(0370) 640774

rsud_mataram@yahoo.com

Saran Dan Masukan Anda

© simrs#administrator#RSUDKotaMataram  All Rights Reserved. Edited by FHDEV